Tantangan Komunikasi Dalam Ilmu Untuk Kebijakan Kehutanan
Sumber:Peter Holmgreen
Director General, Center For International Forestry Research
Mengkomunikasikan ilmu pengetahuan dan hasil penelitian, berikut implikasinya, merupakan sebuah tantangan bagi pihak pengirim maupun penerima. Kita berusaha keras untuk memiliki bukti yang kuat dan relevan pada satu sisi, dan sebuah proses keputusan yang demokratis pada sisi yang lain. Namun kita akan gagal jika komunikasi antara dua hal tersebut tidak berjalan atau diperparah dengan informasi yang hanya didasarkan pada ilmu. Tujuannya adalah untuk mengemas sejumlah temuan yang relevan sehingga konsekuensi dari tindakan (atau tidak bertindak) dapat dipahami, dipilih dan tidak diabaikan dengan mudah.
Isi tulisan ini merupakan refleksi personal dari sejumlah konsekuensi dari menggunakan informasi yang baik dengan buruk dan lebih berbahaya lagi ketika informasi yang buruk digunakan secara meyakinkan. Kebanyakan orang, termasuk akademisi, para pembuat kebijakan dan pihak yang termasuk dalam 'wilayah keempat' yang peran utamanya komunikasi, terkait dalam analisis mendalam tentang komunikasi dalam ilmu perubahan iklim (mis: Roger Pielke, Stephen Schneider. Proses penilaian dan laporan yang dihasilkan IPCC dan sejumlah bidang ilmu telah meletakkan dasar kesepakatan ilmiah tentang perubahan iklim. Oleh karena itu merupakan hal yag membingungkan ketika membaca makalah baru-baru ini yang menunjukkan bahwa beberapa saluran media yang sangat berpengaruh (Fox News dan Wall Street Journal) telah salah menggambarkan konsensus ini dalam 80-90% artikel dan intervensi mereka yang berkaitan dengan perubahan iklim. Sejumlah komunikator yang sangat berpengaruh telah mengemas informasi yang menyesatkan ini dan menyampaikannya pada para penonton yang sebagian besar adalah non-ilmuwan.Ini merupakan kasus yang kuat untuk informasi buruk yang digunakan dengan baik. Pertanyaannya adalah seberapa sukseskah kita dalam meyakinkan para pemangku kepentingan tentang keadaan hutan dan kehutanan? Terdapat sejumlah besar bahan yang bisa dibaca tentang keterkaitan antara ilmu kehutanan dan kebijakan kehutanan, sebagai contoh dalam makalah IUFRO ini dari tahun 2005.
Namun di luar lingkaran ahli kebijakan hutan, persepsi publik tentang hutan dan kehutanan bisa jadi sangat berbeda. Hal ini telah dikaji dengan baik di Eropa. Dua studi CIFOR baru-baru ini dari Nepal dan Papua Nugini mengkonfirmasikan gambaran ini. Mereka menyimpulkan bahwa pers di dua negara ini tidak melaporkan REDD+ secara memadai, sebagian karena para jurnalis tidak memiliki akses untuk informasi yang seimbang dan terverifikasi. Dengan demikian kita tidak dapat mengasumsikan bahwa temuan ilmu kita telah tersampaikan. Kita sering berfokus hanya pada kebutuhan untuk menghasilkan bukti ilmiah. Pesan yang ingin disampaikan di sini adalah bahwa komunikasi yang jelas dan sistematis tentang suatu temuan yang relevan merupakan hal yang penting.
0 comments:
Ayo Berikan Kometarmu
Tuliskan yang ada dalam pikiranmu !